GOLD PROSPECTING
Gold prospecting yang dimaksudkan dalam
hal ini adalah mendeteksi/mencari cebakan emas berdasarkan atas singkapan batuan
yang didapatkan di permukaan.
Dalam melakukan kegiatan di lapangan, para
prospektor biasanya menggunakan peralatan dan aksesoris seperti geologis, antara
lain : palu geologi, pahat, kompas geologi, loupe, alat GPS, safety glasses,
sarung tangan, senter, pisau stainless, micro pan (Menado="tibe"), magnet,
kantong sample, dll. Palu geolologi dan pahat untuk memecah batuan dan pecahan
batuan tersebut lantas diperiksa dengan loupe, apabila dirasa perlu dapat
diambil dan dipergunakan sebagai sample yang disimpan dalam kantong sample.
Kantong sample harus diberi label dan daftar tertulis atas lokasi agar mudah
diingat. Safety glasses digunakan untuk melindungi mata ketika memecah batu
untuk diambil sebagai sample. Pisau stainless steel memiliki kekerasan 6,5 pada
skala Moh's untuk menguji tingkat kekerasan batuan sample. Micro pan digunakan
sebagai alat konsentrator manual untuk memisahkan emas halus dari tepung batuan.
Magnet digunakan untuk menguji sifat ferromagnetic mineral.
Sedangkan kompas geologi dan GPS untuk
mengetahui informasi tentang trek dan posisi. GPS atau Global Positioning System
merupakan adalah suatu sistem navigasi yang memanfaatkan satelit. Pengguna GPS
memperoleh sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. Satelit yang
mengitari bumi pada orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21
satelit aktif dan 3 buah satelit sebagai cadangan. Dengan konfigurasi orbit
tertentu, maka satelit GPS bisa diterima diseluruh permukaan bumi dengan
penampakan antara 4 sampai 10 buah satelit. GPS dapat memberikan informasi
posisi, waktu, arah dan kecepatan dengan ketelitian tinggi.

Sample batuan diusahakan diambil dalam keadaan
kering sebesar genggaman tangan (hand speciemen). Namun untuk tujuan khusus
dapat diambil dalam ukuran yang lebih besar dalam jumlah yang lebih banyak.
Untuk kepentingan pendataan, setiap pengambilan sample batuan harus disertai
catatan yang berisi kode, nomor urutan lokasi, tempat dan tanggal penggambilan.
Bila memungkinkan, pada permukaan batuan sample dituliskan juga kode dan
nomornya batuan sample. Itulah sebabnya, pengambilan batuan sample disarankan
diambil dari singkapan yang ditemukan dalam keadaan kering. Batuan sample ini
selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan analisa laboratorium.

SAMPLING dan ASSAYING
Sebelum dilakukan proses
pengolahan emas dalam sekala ekonomi tentu diperlukan langkah
praproduksi melalui kajian yang mendalam dari berbagai aspek. Salah
satu kajian yang perlu dilakukan yaitu kegiatan pengambilan sampling
dan pengujian kandungan mineral dari bijih / batuan yang akan diolah
Saat ini, tersedia banyak pilihan yang canggih untuk
menganalisa sampel batuan dan mineral. Tergantung pada hasil yang
diperlukan, teknik seperti polarized cahaya dan elektron mikroskopi;
difraksi x-ray, dan analisis kimia menggunakan berbagai metode
spectrometric.
Polarizing mikroskopi adalah metode terbaik untuk
mengidentifikasi dan memeriksa mineral. Dengan metode ini dapat diketahui
informasi mengenai tekstur, struktur dan mineralogi dari sampel. Ini adalah
informasi yang digunakan selama pertambangan dan pencarian. Selain itu dapat
pula menggunakan metode assaying, yaitu analisis kimia untuk mengetahui
kandungan emas atau mineral dari sampel batuan. Untuk mendapatkan analisa
yang detail perlu menggunakan teknik analisis terbaru seperti Fire Assay,
Atomic Absorption Spectrometry (AAS), Induced Coupled Plasma (ICP),
dan massa spectrometry. Metoda analisis secara fire assay merupakan salah
satu cara gravimetri yang melibatkan proses peleburan (smelting), dan cara
ini hanya dikenal untuk menentukan kandungan logam mulia seperti emas dan
perak (Haffty, 1977). Dalam menentukan kandungan emas dan perak dalam bijih
dengan metoda fire assay memerlukan sample lebih banyak dan membutuhkan
waktu lebih lama dibanding metoda Atomic Absorption Spectrometry (AAS),
sehingga ekstraksi logam emas dan perak metoda fire assay akan mendekati
sempurna (Eric, 1984). Walaupun secara teoritis metoda fire assay memiliki
ketepatan dan ketelitian relatif lebih tinggi dibanding metoda Atomic
Absorption Spectrometry (AAS), namun karena berbagai faktor yang
mempengaruhi dalam pelaksanaannya sehingga masih sering terjadi penyimpangan
hasil analisis. Oleh karena itu, dalam menentukan kadar emas dan perak dalam
bijih perlu dilakukan analisis secara berulangkali sebagai kalibrasi,
sehingga akan membantu dalam memperoleh gambaran ketelitian dan ketepatan
tentang kadar emas (Au) dan perak (Ag) dalam sampel bijih. Walaupun
perbedaan ketelitian dan ketepatan belum diketahui secara pasti, tetapi
berat sampel 50 gram yang dianalisis dengan fire assay akan lebih
memungkinkan memberikan hasil yang mendekati kepada kandungan emas
rata-rata, bila dibanding berat sampel hanya ? 1,0 gram yang dianalisis
dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometry (AAS). Meskipun demikian,
kini sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa hasil analisis emas dan perak
dengan metoda fire assay (gravimetri) mempunyai ketepatan hasil dibanding
dengan metoda Atomic Absorption Spectrometry (AAS), sehingga metoda fire
assay (gravimetri) dipilih menjadi metoda acuan yang sudah baku untuk
keseragaman cara analisis emas (Au) dan perak (Ag) meskipun membutuhkan
waktu yang relatif lebih lama (Davidowski, 1983).
Langkah lanjutan yang biasa dilakukan untuk
mengetahui apakah potensi yang ada layak untuk ditambang atau tidak, antara lain
:
Gold Detector
Gold detector merupakan alat yang sangat
membantu kegiatan bagi para prospector di lapangan, Cara kerja alat ini hampir
sama dengan metal detector, namun sensifitas sensornya dibatasi hanya beberapa
jenis logam saja atau bahkan hanya mendeteksi emas saja. Sedangkan Metal
detektor akan merespon semua jenis bahan konduktif atau magnetis. Di pasaran
banyak ditawarkan berbagai merk dan type gold detector, dengan berbagai macam
fitur dan radius jangkauan kedalaman dan keluasan. Untuk itu perlu dipahami,
jenis dan karakter gold detector yang akan dipakai.

Secara umum gold detector ada dua jenis
berdasarkan karakter dan penggunaanya :
-
Untuk mendeteksi emas nuggets. Jenis alat
ini secara umum memiliki sensor berbentuk piringan yang disebut COIL. Contoh
: MineLab GPX 5000, X-Terra 705, Eureka Gold, Excalibur II 10, Nokta
GoldenKingPlus, dll.
-
Untuk mendeteksi vein, pada jenis ini
biasanya memiliki antena yang ditanam di tanah. Contoh : MidasTouch, VR
1000B, dll.
Tips menggunakan Gold Detector :
-
Sebelum mulai mengoperasionalkan gold
detector, pastikan baca buku manualnya terlebih dahulu karena tiap-tiap
produsen menetapkan prosedur kerja yang berbeda terhadap produknya.
-
Setelah memeriksa kondisi baterai,
aktifkan dan biarkan selama 10-15 menit untuk menstabilkan baterai.
-
Pilih TUNING outomatis bila tersedia fitur
ini, bila tidak ada mulailah dengan tingkat sensivitas setengahnya. Baru
kemudian diatur lebih rendah atau lebih tinggi sesuai kondisi lapangan.
-
Headphone harus selalu dipakai dan lakukan
uji coba dengan berbagai sasaran untuk mempelajari respon audio terhadap
berbagai sasaran, karena sinyal audio yang dihasilkan biasanya bervariasi
sesuai dengan jenis sasaran. Dengan pengalaman lapangan, respon audio dari
berbagai sasaran akan menjadi akrab sehingga identifikasi akan lebih mudah.
-
Perhatikan kondisi tanah, tanah yang kaya
kandungan mineral dan basah sangat mempengaruhi kinerja alat. Tanah yang
basah, dan banyaknya mineral yang bersifat konduktif dan magnetis
(umumnya mineral oksida besi) di tanah dapat menggangu sensifitas detector
sehingga hasilnya tidak optimum.
Hal 01
/ Berikutnya /
Hal 03