HOME  SERVICES  KATALOG  DOWNLOADS  SUPPORT

    


Translate / Pilih Bahasa :
         


 
 
 

ARTIKEL :



 

 

 

 

 

MINERALOGI  EMAS

 

Pengetahuan tentang mineralogi emas sangat diperlukan dalam memahami teknologi pengolahan emas. Mineralogi dari batuan (bijih) emas perlu diketahui sebelum menentukan teknologi pengolahan yang akan diterapkan. Sehingga resiko kegagalan akibat salah memilih suatu teknologi pengolahan yang tidak sesuai dengan kondisi mineralogi bijih emas yang sedang dikerjakan dapat dihindari.

Menurut Bateman & Jensen (1981), mineral bijih adalah mineral yang mengandung satu atau lebih jenis logam dan dapat diambil secara ekonomis. Mineral bijih dapat terdiri dari satu unsur saja atau merupakan kombinasi dari beberapa unsur atau elemen yang dikenal sebagai complex ore. Mineral-mineral bijih keterdapatannya selalu berasosiasi dengan mineral penyerta (gangue mineral), dimana mineral tersebut biasanya kurang berharga dan bersifat non logam, umumnya adalah mineral kuarsa. Mineral penyerta meskipun kurang berharga akan tetapi dapat digunakan sebagai mineral penunjuk (guide minerals) keberadaan mineral bijih yang bersifat ekonomis.

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan emas dalam pengolahan emas adalah :

  1. Mineral-mineral pembawa emas

  2. Mineral-mineral induk

  3. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk

  4. Ukuran butiran mineral emas

1. Mineral Pembawa Emas

Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas native, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium.

Emas native merupakan mineral emas yang paling umum ditemukan di alam. Sedangkan elektrum, keberadaannya di alam menempati urutan kedua. Mineral-mineral pembawa emas lainnya jarang atau bahkan langka.

Emas native mengandung perak antara 8 - 10%, tetapi biasanya kandungan tersebut lebih tinggi, dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga atau besi. Oleh karenanya, warna emas native bervariasi dari kuning emas, kuning muda, sampai keperak-perakan, bahkan berwarna merah oranye. Berat jenis emas native bervariasi antara 19,3 (emas murni) sampai 15,6 tergantung pada kandungan peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesar 6%, dan bila berat jenisnya 16,9 kandungan peraknya sebesar 13,2%.

Sementara itu elektrum adalah  jenis lain dari emas native yang mengandung perak di atas 18%. Secara mineralogi tidak ada perbedaan yang tegas antara emas native dengan emas elektrum dimana struktur kristal dan sifat optiknya serupa. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi, warna elektrum bervariasi antara kuning pucat sampai warna perak kekuning-kuningan. Berat jenisnyapun bervariasi antara 15,5 - 12,5. Bila kandungan emas dan perak berbanding 1 : 1 berarti kandungan peraknya 36%, dan bila perbandingannya 2,5 : 1 berarti kandungan peraknya 18%.

2. Mineral Induk

Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral-mineral yang biasanya membentuk batuan. Emas biasanya berasosiasi dengan sulfida (mineral yang mengandung sulfur/belerang). Pyrite merupakan mineral induk yang paling umum. Emas ditemukan dalam pyrite sebagai emas nativ dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran, yang tergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik lainnya. Urutan selanjutnya Arsenopyrite, Chalcopyrite mineral sulfida lainnya berpotensi sebagai mineral induk terhadap emas. Bila mineral sulfida tidak terdapat dalam batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silica dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan kerikil (endapan plaser).

Terkadang sulit mengidentifikasi emas dilihat dari warnanya dengan mineral yang menyerupainya, (seperti pyrite, chalcopyrite, markasit, pyrrhotite, pentlandite dan mika berwarna emas), namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak dan berat jenis tinggi. Pyrite berwarna kuning dengan bau khas logam dengan bentuk kristal kubus. Chalcopyrite juga kuning-kuningan dengan dengan bau khas logam tetapi bentuknya kristal bersegi empat. Sebuah uji kimia dengan menggunakan acid nitric (HNO3) mungkin diperlukan untuk membedakan pyrite dan chalcopyrite.

Pyrrhotite mudah diidentifikasi menggunakan batang magnet karena bersifat magnetis. Arsenopyrite adalah perak putih ke-abu-abu baja dengan kilau logam dan biasanya kristal berbentuk prisma.  Arsenopyrite bila dipukul dengan palu sering tercium aroma bawang putih. Emas berbentuk butiran sedangkan bentuk mika adalah kepingan.

3.  Asosiasi Mineral Pembawa Emas

batu pyrite

Ditinjau dari kajian metallurgi/pengolahan, ada tiga variasi distribusi emas dalam bijih :

  1. Emas didistribusikan dalam retakan-retakan atau di batas di antara butiran-butiran yang sama (misalnya : retakan dalam butiran mineral pyrite atau di batas antara dua butiran pyrite)

  2. Emas didistribusikan sepanjang batas di antara butiran-butiran dua mineral yang berbeda (misalnya : di batas antara butiran pyrite dan arsenopyrite atau di batas antara butiran chalcopyrite dan butiran silica.)

  3. Emas yang terselubung dalam mineral induk (misalnya : emas terbungkus ketat dalam mineral pyrite)

4. Ukuran Butiran

Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas native atau elektrum) mulai dari berupa partikel-partikel berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron = 0,001 mm), hingga  butiran berukuran beberapa mm yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran butiran biasanya sebanding dengan kadar bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan ukuran butiran yang halus.
Berdasarkan ukuran butirannya, emas dibagi dalam enam kategori :

  1. Emas native dengan butiran sebesar > 2mm ukuran yang dikenal sebagai nuggets.

  2. Potongan emas dan gangue (kuarsa, ironstone dll) yang dikenal sebagai spesimen.

  3. Emas native dengan butiran kasar sebesar 2 mm hingga sehalus 150 microns yang terlihat dengan mata telanjang.

  4. Emas Microcrystalline ukuran 150-0,8 microns yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop.

  5. Partikel emas submicroscopic yang terdapat di sisi kristal mineral sulfida tertentu, terutama pyrite, chalcopyrite, arsenopyrite dan pyrrhotite.

  6. Dalam ikatan dengan tellurium.

 

Sebelumnya / Hal 02

 

  

Ada dua jalur pendekatan yang biasanya diambil dalam mencoba untuk menetapkan sumber dari logam untuk endapan bijih hidrotermal (Edwards dan Atkinson, 1986).

Yang pertama pengenalan assosiasi yang kuat dari endapan bijih dari suatu litologi tertentu . Yang kedua anomali pengayaan atau pengurangan logam dalam suatu litologi demikian adalah biasanya ditafsirkan sebagi indikator yang berpotensi sebagai suatu source rock (batuan induknya).

Pelepasan unsur-unsur bernilai dari bagian atas dari
suatu endapan mineral dan terpresipitasi kembali di
bagian yang lebih dalam, sehingga membentuk konsentrasi yang lebih tinggi.

 


 

Recent Search Terms :

PROSPECTORunited.com,  Negri Penambang, pertambangan emas,  tambang emas rakyat, gold rush, pemburu emas, penambang emas, informasi teknologi tambang, pengolahan mineral, teknologi pengolahan emas, teknologi tambang emas, proses mengolah emas dan perak.


Popular Search Terms :

pengolahan mineral, BUKU PERTAMBANGAN, tehnologi tambang, TAMBANG EMAS, lokasi tambang emas, pemburu emas, Carbon In Pulp, GOLD MINNING, GOLD REFINNING, tehnologi pertambangan, mengolah perak, jual beli emas, mendulang emas, metode CIP,


Random Search Terms :