HOME  SERVICES  KATALOG  DOWNLOADS  SUPPORT

    


Translate / Pilih Bahasa :
         


 
 
 

ARTIKEL :



 

 

 

 

 

METODE TAMBANG EMAS

 

Dalam kajian geologi, emas dapat ditemukan pada tiga lokasi/tipe. Pertama adalah emas yang terdapat dari pembekuan langsung secara cepat dari magma dalam perut  bumi. Kedua, emas terbentuk dari celah epithermal yang kemudian membeku. Ketiga emas terbentuk akibat pengikisan dari batuan epithermal maupun hydrothermal yang kemudian terendapkan pada daerah aliran sungai.

Implementasi dari ketiga jenis penemuan emas di atas, dalam dunia pertambangan mengenal dua metode eksplorasi tambang, pertama metode tambang bawah tanah (underground mining) dan kedua metode tambang terbuka (surface mining). Kedua metode penambangan emas tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan emas, yaitu :

  1. Endapan primer / Cebakan Primer
    Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama silika. Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.

  2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder
    Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan emas primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih emas primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya emas. Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat terendapkan kembali pada rongga-rongga atau pori batuan, rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk kumpulan butiran emas dengan tekstur permukaan kasar. Akibat proses tersebut, butiran-butiran emas pada cebakan emas sekunder cenderung lebih besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan primernya (Boyle, 1979). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis melalui proses erosi, transportasi dan sedimentasi  (terendapkan karena berat jenis yang tinggi) yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan emas pimer  menghasilkan endapan emas letakan/aluvial (placer deposit).

Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang terbuka (surface mining) maupun tambang bawah tanah (underground minning). Sementara cebakan emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka. 

 

Penambangan Emas Primer

Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein (urat), yang umumnya dilakukan dengan teknik penambangan bawah tanah (underground mining) terutama metode gophering / coyoting (di Indonesia disebut lubang tikus. Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining), dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana (seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong) dan dilakukan secara selektif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi.

Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein (urat) yang mempengaruhi teknik penambangan antara lain :

  1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.

  2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.

  3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan pengotoran (dilution).

  4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping.

  5. Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang menjari (bercabang).

  6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic (acak / tidak beraturan) dan sulit diprediksi.

  7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.

Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang umum diterapkan adalah tambang bawah tanah (underground) dengan metode Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan (development works) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran lubang (stope) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di tempat itu dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.

lubang tambang emas

Cara penambangan ini umumnya tanpa penyangga yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di berbagai daerah operasi tambang rakyat di Indonesia, seperti di Ciguha, Pongkor-Bogor; Gunung Peti, Cisolok-Sukabumi;  Gunung Subang, Tanggeung-Cianjur; Cikajang-Garut; Cikidang, Cikotok - Lebak; Cineam - Tasikmalaya; Kokap - Kulonprogo; Selogiri - Wonogiri; Paningkaban - Banyumas; Bendungan - Trenggalek; Punung - Pacitan; Tatelu - Menado; Batu Gelas, RataTotok - Minahasa; Bajuin - TanahLaut; Perenggean - Palangka Raya; Ketenong - Lebong;  Sekotong - Lombok; Olat Labaong' Lape - Sumbawa; Gunung Butak, Pulau Buru - Maluku; Gunung Ujeun, Krueng Sab -  Aceh Jaya; Suwawa - Bone Bolango,Gorontalo; dan lain-lain. Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan langsung menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila cebakan bijih tersebut tidak homogen, kadang-kadang terpaksa ditinggalkan pillar yang tak teratur dari bagian-bagian yang miskin.

 

Proses tambang emas yang dilakukan dalam penambangan metode Underground skala tambang rakyat :

  1. Pembangunan lubang masuk ke tambang.
    Lubang masuk dibuat sangat sederhana dengan diameter umumnya hanya dapat untuk akses 1 orang saja.

memahat urat emas

  1. Pembangunan akses menuju badan bijih.
    Akses menuju badan bijih dibuat sesuai lokasi badan bijih yang menjadi target. Terdapat 2 cara untuk menuju badan bijih berdasarkan lokasi dari cebakan, yaitu:
    a. Menggunakan drift (lubang masuk horizontal, nembak), jika lokasi badan bijih relatif sejajar dengan jalan masuk utama.
    b. Menggunakan shaft (lubang masuk vertikal, nyumur), jika lokasi badan bijih relatif di bawah jalan masuk utama.
    Seperti halnya lubang masuk ke tambang, akses menuju badan bijih dibuat secara sederhana, dengan lokasi kerja yang hanya cukup untuk dipakai satu orang saja dengan diameter sekitar 1 – 1,5 meter. Lubang masuk tersebut dibuat tanpa penyangga atau hanya dengan penyangga sederhana untuk daerah yang diperkirakan rawan runtuh.

  2. Penggalian bijih emas
    Penggalian bijih emas dilakukan dengan mengikuti arah kemenerusan bijih. Alat yang dipakai untuk keperluan pemberaian batuan berupa alat gali manual, seperti belincong.

  3. Pengangkutan bijih emas dari dalam tambang menuju ke luar tambang dilakukan secara manual. Jalur pengangkutan menggunakan jalan masuk utama. Khusus untuk akses menggunakan shaft, pengangkutan dibantu dengan sistem katrol.

tambang rakyat

Penambangan metode Underground yang baik dilakukan dengan ketentuan:

  1. Jalan masuk menuju urat bijih emas harus dibuat lebih dari satu buah, dan dapat dibuat datar/horizontal, miring/inclined maupun tegak lurus/vertikal sesuai dengan kebutuhan.

  2. Ukuran jalan masuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan, disarankan diameter > 100 cm.

  3. Lokasi jalan masuk berada pada daerah yang stabil (kemiringan < 30o) dan diusahakan tidak membuat jalan masuk pada lereng yang curam.

  4. Lubang bukaan harus dijaga dalam kondisi stabil/tidak runtuh, bila diperlukan dapat dipasang suatu sistem penyanggaan yang harus dapat menjamin kestabilan lubang bukaan (untuk lubang masuk dengan kemiringan > 60o disarankan untuk selalu memasang penyangga).

  5. Kayu penyangga yang digunakan disarankan kayu kelas 1 (kayu jati, kihiang, rasamala, dll.). Ukuran diameter/garistengah kayu penyangga yang digunakan disarankan tidak kurang dari 7 cm. Jarak antar penyangga disarankan tidak lebih dari 0.75 x diameter bukaan (tergantung kelas kayu penyangga yang digunakan dan kekuatan batuan yang disangga).

  6. Sirkulasi udara harus terjamin sehingga dapat menjamin kebutuhan minimal 2 m3 /menit, bila perlu dapat menggunakan blower / kompresor untuk men-supply kebutuhan oksigen ke dalam lubang

  7. Disekitar lubang masuk dibuat paritan untuk mencegah air masuk, dan paritan diarahkan menuju ke kolam pengendap dengan pengendapan dilakukan bertahap, bila perlu dapat menggunakan pompa air submersible untuk membuang genangan air dari dalam lubang.

 

 

 

 

 

Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25 g/ton (25 ppm). Rata-rata keberadaan emas di bumi sekitar 0,005 gram/ton (Eugene dan Mujumdar, 2010).

Namun dengan kemajuan teknik penambangan logam, terutama dengan biaya penambangan yang murah untuk tambang endapan dekat permukaan (tambang terbuka/open pit).

 


 

Recent Search Terms :

PROSPECTORunited.com,  Negri Penambang, pertambangan emas,  tambang emas rakyat, gold rush, pemburu emas, penambang emas, informasi teknologi tambang, pengolahan mineral, teknologi pengolahan emas, teknologi tambang emas, proses mengolah emas dan perak.


Popular Search Terms :

pengolahan mineral, BUKU PERTAMBANGAN, tehnologi tambang, TAMBANG EMAS, lokasi tambang emas, pemburu emas, Carbon In Pulp, GOLD MINNING, GOLD REFINNING, tehnologi pertambangan, mengolah perak, jual beli emas, mendulang emas, metode CIP,


Random Search Terms :